DOA KAMI BELUM MATI
(Kepada ayah yang belum pensiun: Petrus Endi. Mengenang kepergian sosok seorang ayah di tempo 730 hari yang lampau.)
Tujuh ratus tiga puluh hari yang jingga
Tubuhmu yang perkasa dibalut doa semerbak
asap Abraham menanak kurban.
Mo’an*, pisaumu yang fana
Masih tertinggal di jiwa mama
Yang baka buatmu ialah sembahyang kami yang bergetar
Dari setumpuk doa Kitab Yahweh.
Muhibah-mu ke Firdaus
Hanya setetes piong* yang senantiasa
Kami balut pada jantung semesta.
Mo’an, kami mencintaimu atas nama doa yang sunyi
Dan atas airmata yang menyeruak dari jiwa.
“Petang ini, usiamu berbilang 59 tahun.
Akan kunyalakan lilin dari mata mama,
Lantas kunyanyikan Happy Birthday to You
Bersama seluruh malaikat di Firdaus.” Amen.
Gere, 15 Mei 2018
“dari seorang yang mungkin kau kenal dalam tidur panjangmu”
*mo’an adalah panggilan kesayangan untuk seorang ayah dalam bahasa Sikka, Flores NTT.
*piong: sebuah kegiatan memberi sesajian kepada orang yang telah meninggal. Dalam kepercayaan masyarakat Sikka, bahan sesajian diletakkan di sudut rumah.
KE SUNYI (MU)?
Kepada, M. Selviana
Izinkan aku menepi bersama Tuhanku.
Sekedar merasakan semanis apa doa-doamu.
Nota bene: jika kau rindu padaku, temui aku
Dalam puisimu dan dekaplah aku dalam sunyi-mu yang khusyuk.
Ledalero, 2018
MAMA
Teruntuk wanita tegar yang bernama Etha.
Sebulan yang lalu, aku menemukan surga di pipi bundamu.
Keringat meluncur pada pipi tak ia biarkan teruarai pada tanah
Sebab katanya:” Tanah sekarang milik belahan jiwaku, biar aku
Menghidupi keempat buah hatiku dengan ASI yang tersisa pada rahimku.”
Tuhan, jika aku mati pada esok yang legam
Aku lebih memilih mati di pipinya
Dan dikuburkan bersama doa-doa yang meluncur
Dari bibirnya. Ia wanita ,Tuhan.
Seorang yang memikul rumah tanpa pena dan puisi.
Izinkan aku menulis tentang mereka jika penaku
Masih kau asah dalam gemuruh nyanyian Cherubim.
Gere, Maret 2018
KEPADA SURABAYA
Semoga buaya yang garang meraung durja ke neraka
Mencincang lumat jemari-jemari centil menuju Laut Merah.
Mampus!
Semoga jua, hiu yang jalang menerkam dan menghempas...
menuju tempat Yudas menggantung leher.
Semoga malam yang gigil membangkitkan arwah pahlawan,
Mengokang senapan, menyebar amis mesiu sampai ketujuh darah dalam daging.
Semoga, semoga, buaya, hiu dan pahlawan menjadi martir berbilang dua.
Tengah malam, di 2018
*No T adalah sapaan kesayangan dari nama Lebuan Tonce. Saat ini masih tinggal di Unit Mikhael Ledalero. Hobinya mencintai kopi pahit buatan tangan seorang wanita Dusun Sunyi.
selain itu ia juga salah seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Flores, NTT. Saat ini dan sampai kapanpun ia tetap mencintai Sastra.