(Ilustrasi dari google) |
hilir mudik di antara dengkur Memanem puisi yang paling mimpi Tak peduli topeng Tak hirau bopeng Asal coreng Melukis wajah yang sekujurnya koreng Ya, ia nampak malu Di luar pintu sepertinya menunggu Rindu, yang kian tak tentu Hingga ia lupakan cinta Di bentuk aslinya Atau memang ia tengah asyik berfatamorgana Menari di sela-sela semesta Sampai kapan lagi dikau sembunyi,
pada gincu dan beludru yang menutupi body sexy Atau sampai aku kan mati Di depan rangkul yang digumuli syahwat yang tiada terbendung ini Aku yang berdasi, masih berorasi dengan mimpi Sedang dikau beropini pada jurus manis sekali Kau bertopeng, aku bertopeng, dunia bertopeng Sajak si kecil terus saja geleng-geleng Menikmati opera sabun yang kita mainkan begitu syahdu Yang bertajuk cinta kasmaran Yang dibanggakan serindu bulan Tapi palsu Meski sikecil ditatapnya termangu Fredi FA Pekalongan, 2018