![]() |
Ilustrasi; google |
Puisi-Puisi Chamar Patah
BUDAK RINDU
Berjuta perih merenda luka
Merajut lara
Merajam sukma
Berbaris-baris anak puisi mati
Terbujur di kertas sunyi
Mengutuki diri
Menyumpahi nurani
Malaikat-malaikat kecil menangis
Perih getir meringis
Aku bagai sebingkis pesan dari hati
Hati yang terberai
Luluh lantak dalam berai
Saat embun pagi adalah ludah-ludah kekecewaan
Mengkuyupkan asa keinginan
Lantas bijakkah jika sebutir rindu
Menjilati bibir munafik itu
Seperti senja menelan gelap
Malam meniduri waktu
Bintang memaki rembulan
Anak-anak puisi itu telah mati
Berkabung menuju pusara Antologi
Bersampul hitam caci maki
Sumpah serapah tak bertepi
Sejenak kutiupkan ruh kekuatan
Mungkin aku masih bisa bangkit
Dari suram penghianatan
Masa berputar abadi
Seperti membasu daki di candramuka
Mereguk dingin di alkausarmu
Atau salsabila rindu
Ini dunia nyata duhai hatiku.
Bukan Hastinapura
Bukan Alengka
Bukan Sriwijaya
Jika kendedes bertahta dihati pecinta
Ken Arok abadi sebagai perusaknya
Shinta lambang keagungan cinta
Rahwana penabur gelap kehidupannya
Sedangkan cinderrella pemenang keajiaban cinta
Lantas kita sebagai apa.
Hanya budak rindu
Tertipu dikemayu bujuk rayu
Saat kebenaran telanjangi waktu
Sanggupkah kau memakai gaun rindu
Bersulam tulus syahdu
Sebentuk pesan dari hati
Melumat habis anak puisi
Budak kebencian telah dilahirkan
Melepas pana permusuhan
Sementara aku disini
Merentangkan dada pada pelukan kematian
Saat puisi menjadi darah
Diksi menjadi air mata
Engkau tak akan sanggup duhai puan
Lelehkan rinduku lagi
Ia telah mati
Bersama rasa perih
Pagi ini....
Di Kota ini
Aku pusarakan namamu.
Dihitam legam jelaga rindu
Penyair itu telah mati
Di tiang gantungan kehancuran
Kecemasan dan kegelisahan
Kita ramu pagi ini
Diperjamuan abadi
Agar tak kan kutemui lagi
Searipun beni dan sakit hati.
Kampung Melayu.10.06.18
PUISI TERBANGSAT
Aku terpaksa menitipkan hatiku padamu
Sebentar saja
Menjelang sakit ini berakhir
Setelah itu kan kupinta kembali
Pun jika aku lupa nantinya
Engkaupun telah merasa bosan
Tak perlu engkau kembalikan hatiku itu
Cukup engkau titipkan kehati lain.
(Mungkin disana aku merasa tenang)
Kampung Melayu.10 06.18
TANPA JUDUL
Saat dirimu meludahi tubuh puisiku
Aku merasa ditelanjangi
Ditengah keramaian
Sementara.....!!
Kumpulan diksi yang tertulis
Masih menggelora pujaku padamu
Kukulum jua rindu itu
Dengan rasa getir
Berharap masih bisa memamah
Rasa kenangan itu...
Achhh......!!
Aku merampungkan puisi ini tanpa judul
Kampung Melayu.10.06.18
(Gambar diambil dari google)