![]() |
Ilustrasi; jasminshahab205 |
KUJANG
Ketika hentakan kaki berirama
Dalam iringan gendang bertalu dan jeritan terompet
Dan liukan jemari menempa angin
Adalah sebuah rasa seni yang indah
Serupa ngariksa budaya karuhun
Yang tak pernah mati dalam jiwa
Dalam raga yang jumawa cakti wibawa
Dalam naungan pusaka KUJANG
Pada gaung Kalimas ada yang magis
Kembang setaman mengharumkan jembangan sunda
Menggeliat melesat serupa Jomantara
Dalam barisan rapi menderap seiring rasa yang mendunia
LENTERA
San...
Dalam sekejap kau menghilang
Terasa berabad abad
Langitku terasa runtuh dan gelap
San...
Kupinjam lentera ini
Karena jiwaku telah renta
Di ufuk senja
Aku tak bisa
Hatiku telah tertanam di jiwamu
Namun di manakah jiwaku berada
Aku tak bisa menjawab
Lenteramu...
Telah menerangi jiwaku
Yang sekejap menghilang
Dalam temaram
Karenamu...
PUISI SUNYI
Ram...
Kau lihatlah puisiku
Terkadang sunyi
Terkadang hampa
Tiada seindah bunga Wijaya Kusuma
Yang bila purnama berpendar harumnya selalu kukenang
Karena hidup adalah seuntai mimpi
Yang tak pernah nyata
Ram...
Aku tahu...
Kau pun pernah bermimpi
Tentang sebuah malam yang penuh puisi
Antara tenda yang satu
Dengan tenda yang lainnya dalam kelana
Mengulum cerita di antara rerumputan yang berembun
Dan lentera temaram
Menerangi wajah kita
Ram...
Di sini hanya ada puisi sunyi
Berdiam dalam senyap tiada bergema
Melintasi waktu sepanjang malam
Dan senandung pun sayup menjauh
Menebarkan aroma hening yang membisu
PAGI
Sepagi ini
Rindu menggelamir
Pada nyanyian sang mentari
Memberi semburat rona keemasan
Mewarnai langkahku
Di sepanjang jalan berkelok pada derak daun daun bambu yang melengkung
Dan kau tahu...
Sepanjang geligir bunga bunga kuning bermekaran
Membawa jiwaku menyanyi
Seiring senyum sang mentari
TERBANG
Dalam ayunan tarian sufi
Hening melayang
Terbang dalam liukan menuju-Nya
Mencapai puncak kesenyapan
Adalah rindu-Nya
Mencari di antara keteduhan langkah mengalun
Serupa jejak mencapai nirwana
Pejam netra nikmati rasa dalam jiwa
Serupa cahaya merambat perlahan
Dalam keagungan-Nya
Melandai di dalam putaran sang waktu
Memenuhi Cinta-Nya
KAU
Kau...serupa kunang kunang menghiasi kelamku di ujung purnama
Berkelap kelip membawa jiwaku mengembara membingkai malam
Seindah kilau yang berpendaran
Memberi dawai dalam simfoni
Kau...jadilah bintang timur yang terang di rembang subuh
Menebarkan cahaya merambat pada jiwaku
Yang menenggelamkan rindu
Dalam kabut yang mengelabu
Kau...setupa malam yang penuh misteri
Sembunyi di antara pucuk pucuk Kaliandra
Yang memberi bayang bayang sendu pada netraku
Merintik dalam wajah yang basah
RINDU (I)
Rindu semestinya ada di sini
Pada senja yang jingga
Jiwaku terkapar menggeletar
Pada bayang potret wajahmu
Menghentak di ujung sunyi
Oh...Ram...
Ke mana lagi rinduku harus kulabuhkan
Akan adanya kau di ketiadaan
Memilin rasaku di temaram purnama
Apakah kau pun merasakan
Geliat rindu yang membuncah
Pada semua kenangan di serimbun pinus
RINDU (II)
Aku rindu...
Kelembutan ayah ketika air wudhu telah habis
Ketika sepatuku kusam tak di semir
Ketika malam selalu berbincang tentang cerita anak kecil yang bernama Andeu dari belahan pulau cendana Timor Timur
Ketika pagi sampai sore berpetualang menyusuri bukit bukit yang terjal dan berliku
Ketika berbaris rapi di sungai Cikeas memancing ikan
Ketika aku menangis tak memandikannya dalam hidupnya yang terakhir
Ketika aku meninggalkannya dari kuburnya
Dan sebentuk doa telah mendekatkan rindu ini untuk ayah tercinta
ANGIN SITU CIBURUY
Pada angin Situ Ciburuy
Kunikmati desaunya
Dan tatap mata meriak dalam gelombang air
Sebuah sampan kudayung sampai ke Pulo
Dalam rindu yang membuncah
Di sini kukulum sebuah kenangan usang
Pada lajunya membelah ombak
Dan...sunyi di sini
Seperti hari hari yang lalu
Dan musim telah membawa lari jiwaku
Pada waktu yang telah berlalu
Menerbangkan semua mimpiku
SAMPANKU
Sampanku...
Yang selalu bertaut di dermaga
Sunyi sekejapan
Melandai di air tenang
Dan sauh pun tiada
Entah ke mana
Mungkin berkaraman
Atau sirna di tempa musim
Musim yang menenggelamkan
Pada dasar yang paling palung
Gelap menikam kelam dalam temaram
HUJAN DI PENGHUNJUNG PEBRUARI
Hujan di penghunjung bulan Pebruari
Menyisakan rasa yang melankolis
Kau tahu...
Basah melandai dalam jiwaku
Serupa rintih
Menggelamir di ujung rintiknya
Pada sunyi yang menebarkan aroma lara
Membingkai rindu yang tiada bertabik
Sepanjangnya...
Oleh: Wiwin Herna Ningsih