![]() |
Ilustrasi dari google |
Oleh : Chel Panja
Perahu Karang
Dalam luasnya samudra
Kuberlayar mencari ujung lautan biru
Menyelami palungan lautan
Tuk mencari sisi lain kehidupan
Mengarungi lautan lepas
Tuk menghampiri tanjung yang menukik
Ombak terus bergulir,
tak henti menerpa sang karang yang selalu setia menanti tuk dipeluk sang ombak
Dalam gemaraunya badai lautan
Kuhanya punya perahu karang
Di tengah lautan biru, perahu karang ku diombang-ambing
Dihempas angin layarnya berontak
Perahu karangku terus terbawah ombak hingga ke lautan lepas
Tapi tak kutemukan ujung dari dunia
Bimbang,risau,gundah menyelimutiku
Kemanakah kuharus berlayar??
Berharap kutemukan pulau tukku menepi
Badai Mendung
Dibalik kaca bening
Menempel butiran air hasil gemercik hujan
Horizon tak lagi berwarna biru
Namun hitam pekat menyelimutinya
Tak ada sinar Surya yang menerang
Hanya tempelen kabut tebal yang bergerak mencari titik tenangnya
Dedaunan menari tak seirama alunan musik
Dikandas gemuruh ledakan petir
Beterbangan tak tahu arah
Mendung tak kunjung hilang
Periode waktu terus berlalu
Kapankah badai mendung ini kan berlalu?
Gelap Malam
Hening, berdiam diri dalam gelap
Reseptor mata bergerak
Pupil mata melebar
Namun tak ada seberkas cahaya yang ditangkap
Cornea mata tak henti membuka dan menutup
Berharap secerca cahaya hadir
Gelap malam,
Serasa hidup dalam dunia fana
Tak mampu melihat, berbuat, dan melakonkan aksi
Ruang gerak pun terbatas
Hanya mampu meraba dalam kesunyian
Entahlah semua insan mampu menerimanya?
Akupun tak tahu
Kumenantimu Esok
Sepoian angin menyejukkan poriku
Senja sore cahayanya kian meredup
Sang cakrawala pun kian mengorange
Rerumputpun menunduk sembari bergoyang
Dedaunan melambai-lambai menari diiringi sang angin
Sinar senja itu berlalu di antara rimbunan pepohonan
Ia nampak lelah, setelah sepanjang hari menerangi bumi
Pulanglah dan beristirahat
Melepas lelah serta gundahmu
Kelak, kembalilah diawal subuh esok
Pantulan Cermin
Pada kaca datar bening bertransparan
berdiri seorang sosok melayangkan pandangannya pada sang cermin
Berdiri terpaku saling menatap
Tajam, sungguh tajam tatapannya
Bulu matanya yang lentik tak pernah ia kedipkan
Elok rupa bola matanya yang hitam
Merah merona bak mawar merah bibirnya
Tatap saling menatap
Kesan bingung hadir dalam separuh raga
Pada sebuah tanya akankah ilusi itu sama?
Nyatanya kumasih mencarinya dalam tapak peradaban