![]() |
Ilustrasi: aenze |
Gadis Tunas Kelapa
Aku temukan dirimu
dalam sunyi yang teramat; sangat
dalam angan yang teramat; ingin
dalam ruang nestapa sisa kemarin
Mayat-mayat kenangan
Kini menemukan kuburnya
dan arwah- arwah harapan
Tak lagi bisa bergentayangan
mengitari hati dan bermain di pelataran
Kau gadis tunas kelapa!
Tempat tunas-tunas rindu tumbuh; menyapa
Merajut rasa dan rapatkan rekah-rekah luka.
Pemalang, 2020
Selama Aku Merindukanmu
Matamu yang nakal
bibirmu yang merah menggiurkan
‘kan tetap kuletak di kepala
selama aku merindukanmu
Rambutmu yang hitam
panjang dan bergelombang
‘kan tetap kubelai dalam mimpi
selama aku merindukanmu
Tanganmu yang halus
pelukmu yang hangat
‘kan tetap kurasa di hari-hariku
selama aku meridukanmu
Langkahmu yang gemetar
dengan senyum yang hambar
‘kan selalu kuingat di nganga luka
selama aku merindukanmu
Pulosari, 2020
Menyingkap Kepalsuan
Aku pandang dari gubuk bambu
bau tanah naik; terangkat butiran air
dedaun jatuh---gugur
rebah di atas becek pupuk kandang
Sajak-sajak cinta: lenyap!
diksi-diksi rindu: kalap!
kau bohong soal cinta
demikian pula tentang rindu
ketika tercium rintih bebatuan
terguyur keringat ayah dan ibuku
Dingin yang kau tikam lewat pelukan
adalah gerimis tanpa hujan
aku tertipu!
dan kini kulepas semua rantai kepalsuan
biar cinta-rindu bohemian: menuju kematian!
Pulosari, 2020
Tegal Kota Kenangan
Selamat tinggal jalan aspal
hutan jati aku datang!
roda kendaraan asing di telinga
tanah kering penuh reranting
jadi pemandangan paling manja
dan burung-burung tertawa
di atas sarang sementara
Tegal selamat jumpa!
kerling lampu-lampu lalu lintas
kan menyapa setelah kutemu
tanah curam dan amblas
daun-daun kenangan berguguran
diantara kios-kios mendoan
Tegal kota ramai: ramah nan permai
kini kudaki tak hanya di mimpi
berteman ranjang dan bantal dalam kamar
Pulosari, 2020
Menanti Restu
Akan ada saat, di mana aku dan kau tak lagi mengenal rindu
ia akan binasa; jadi bangkai terdampar tanpa nama
di hutan-hutan ramai sanak saudara
Tunggu saja, sampai anak-anak tetangga tumbuh besar
tak mau lagi petik bunga mawar halaman
segala batu, daun, kayu jelma bahan makan
lantai bersih mengkilap jadi kuali raksasa
tingkat depan pintu gubah dapur masak bersama
Jangan hentikan; rapal doa setelah dua rokaat sebelum fajar
pastikan terselip nama kita: aku dan kau
di antara merdu kalam tuhan dan tangis yang kau lantunkan
Siremeng, 2020
Tidur
Aku tak mau tidur!
bunga mekar saat itu
dan wajahmu pasti ada didalamnya!
Kau kan datang, kau kan berkeliling
bergentayangan seperti hantu malam buta
Aku tak mau tidur!
aku enggan dijajah bayangmu lagi!
tutup pintu rapat-rapat
jangan biar terbuka lebar menganga
tutup jendela, perkuat kaca-kacanya
Aku tak mau tidur!
Pemalang, 2020
Kepada Pemilik Rindu
Kemana perginya,
segala rayu, cumbu, tawa, canda
yang dulu mekar dari bibirmu?
Setiap kali aku bertanya: "dimana?"
waktu menguncup di sudut paling utara
ranah hutan penuh kenangan
dan luka-luka yang pernah mendera
Aku hanya bisa menyusuri senja
mencarimu di antara mega
menenteng rindu berdebu
berharap ada temu
sebelum Tuhan memerintah alam
untuk berbisik: "sudah waktunya pulang"
Pagenteran, 2020
BIODATA PENULIS
RM Maulana Khoerun, lahir di Siremeng, Pulosari, Pemalang pada tanggal 18 Maret 2002. Menulis Puisi, Cerpen, dan Opini. Salah satu pendiri grup literasi “RASI PENA” dan aktif sebagai Divisi Cipta Karya komunitas sastra “KIDUNG PENA”. Tulisan-tulisannya juga sudah tayang di berbagai media; cetak dan elektronik antara lain, Bangka pos, Tanjungpinang Pos, Bali Post, Malang post, Pos Bali, Radar Banyuwangi, Radar Madura, Radar Tasikmalaya, Kabar Madura, Radar Cirebon, Majalah Lentera Bayuangga, Nalar Politik, KBM Solo Raya, Komunitas Kampoeng Jerami, Kabapesisir, Takanta, Akarrantingdaun, dan Travesia. Puisi-puisinya juga terkumpul dalam antologi bersama; Goresan Luka(2020), Kenangan(2020), Palestina di Hati(2020), dan Sajak Untuk Indonesia(2020)
Instagram : rm_maulanakhoerun
Facebook : RM Maulana Khoerun
No.Hp/Wa : 083837044803
Email : maulkhoir@gmail.com