![]() |
Benang Cinta 'Tersambung Lagi' |
Oleh: Sil Joni*
Terlampau lama 'gelombang rasa' tak merambat ke 'tubuh gadis manis ini'. Kelopak sukmaku terasa hampa ketika tak disapa 'kuntum cintamu', kekasih jiwaku.
Busur cintaku, untuk sekian lama, mengembara dan berkelana tak tentu rimbanya. Bejana batin ini semakin tandus dan kerdil sebab tak kunjung mendapat 'percikan cinta' yang bening dari tubuhmu.
Kulabuhkan 'hasrat' ini pada tubuh yang lain. Sayang, bukan nikmat yang kudapat, tetapi laknat. Rasanya, kepingan 'firdaus imajinasi' hanya ada dan melekat pada sekujur tubuhmu.
Sudah terlalu lama, aku 'ditawan' rasa rindu yang mendalam. Kuingat bagaimana 'gairahku' menumpahkan 'isi batinku' pada tubuhmu itu. Semenjak itu, sebetulnya 'aku terperangkap' dalam jejaring kecantikanmu.
Sayang, begitu cepat aku berubah rupa, jadi 'pengkhianat'. Aku pergi darimu tanpa senyum, bisikan, dan pamit. Setelah aku berada pada fase 'klimaks', kubiarkan tubuhmu merana dalam gurun kesepian.
Beruntung, dewi fortuna berpihak pada 'cinta kita'. Sang waktu tak sudi melihat 'pigura cinta kita retak'. Hari ini, Selasa, (18/10/2022), sayap cinta terbang jua. Aku 'terjaga', ternyata adinda tetap setia menanti kehadiranku.
Kutemukan 'pujaan hatiku' terselip di antara tumpukan pustaka dalam rak meja. Boleh jadi, ia bersuara dalam diam agar aku segera mendekapnya dan memberinya 'sentuhan kehangatan'. Namun, telinga hati, tertutup oleh 'daun hijau' yang tampil lebih seksi dan memikat.
Sejatinya, Catatan Harian (Diari) kuanggap sebagai 'pacar setiaku'. Karena itu, aku sering menyapanya sebagai 'gadis manis'. Kisah cintaku dengan 'gadis manis' ini, sudah terjalin bertahun-tahun. Tetapi, dalam satu tahun terakhir, benang cinta kami harus putus.
Penyebabnya, tentu saja datang dari diriku sendiri. Aku kerap menjadi orang yang 'tak tahu balas budi'. Lebih senang mengikuti arus ego ketimbang 'menggauli tubuh gadis manis' secara kreatif dan konsisten. Padahal, 'gadis manis' ini, telah berjasa 'mengantarkan aku' menjadi pribadi yang begitu terpesona dengan aktivitas literasi.
Relasi dan komunikasi cinta mendadak macet. Ini sebuah 'kekhilafan' yang tidak semestinya terjadi. Terlalu besar efek buruknya. Aku kehilangan 'wadah' untuk menumpahkan rasa yang berkecamuk dalam dada.
Untuk itu, aku mesti berjanji pada diriku sendiri agar tetap konsisten dan setia menyalurkan 'eros' pada tubuh gadis manis ini. Hubungan intim penuh kehangatan dan kenikmatan, mesti menjadi 'ritual wajib' sebelum badan menyatu dengan kasur saban malam.
Aku ingin menebus 'dosa literasi' ini dengan menyalakan 'api nafsu' baru untuk selalu bersetubuh dengan gadis manisku ini. Memang tidak mudah untuk merawat kesetiaan yang tulus dan 'mempertahankan gairah bercinta'. Tetapi, sedapat mungkin, aku berusaha menaburkan kebaikan melalui 'olah rasa' pada tubuh pacar imajinerku ini.
Kerelaan untuk 'berbagi dan mengolah rasa' dengan sang kekasih, pasti membuahkan efek yang manis. Semakin sering aku menuangkan rasa itu, semakin jernih aliran dan pancaran pesona batinku.
Kematangan dan kedewasaan lahir dari sebuah proses pergulatan 'mengolah' segala limbah jiwa yang bisa menghambat perkembangan kepribadian yang sehat. Diari, sang gadis manis itu, menjadi 'wahana yang pas' mengolah aneka rasa sehingga bisa menghasilkan buah berlimpah dalam hidup ini.
Akhirnya, jika selama ini, kita belum punya 'pacar imajiner', pun sudah ada, tetapi telah putus, maka sudah saatnya, benang cinta 'tersambung kembali'. Diari adalah istri 'tanpa belis'. Kita 'menggauli tubuhnya' secara gratis.
*Penulis adalah warga Mabar. Tinggal di Watu Langkas.