![]() |
Israel vs Palestina: Indonesia Korbannya (foto ist.) |
Setelah keputusan final FIFA yang mencopot Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20 setelah perjuangan lobi dari pak Ketum PSSI: Pak Erick Tohir bersama tim, sasaran penghakiman berikutnya dari para pecundang dan perusuh bangsa ini adalah pemerintah. Dan itu sudah nampak dari cara Koster, Gubernur Bali yang mencuci tangan setelah menolak kedatangan timnas U-20 Israel dengan mengatakan penolakan itu adalah sikap pemerintah. Padahal sikap pemerintah secara tegas mengatakan menerima kehadiran timnas U-20 Israel baru diumumkan sehari yang lalu, yang langsung disampaikan oleh pak Presiden Jokowidodo.
Sikap pemerintah ini memang agak terlambat setelah pembatalan drawing di Bali. Ini juga akan menjadi peluru bagi para pecundang NKRI untuk kepentingan politik 2024. Bahasa tudingan kepada pemerintah mungkin akan terdengar; “pemerintah telah menghancurkan masa depan sepak bola Indonesia. Pemerintah telah memboroskan uang negara.”
Saya bisa memahami keterlambatan pengambilan sikap oleh pemerintah tentu dengan berbagai pertimbangan apalagi partai pendukung PDIP sudah menyatakan menolak kehadiran timnas U-20 Israel.
Saya sepakat dengan Ade Armando yang mengatakan bahwa zaman sudah berubah maka sejatinya ideologi Bung Karno harus juga dilihat dan diterapkan dalam konteks yang berbeda. Indonesia harus mampu mencari solusi bagi Palestina dan Israel untuk hidup berdampingan secara damai (bdk. Ade Armando: PDIP vs PSI DALAM KASUS KEDATANGAN TIM ISRAEL, COKRO TV, 27-Maret, 2023).
Pandangan Ade Armando ini sejalan dengan pandangan pribadi saya yang saya poting di wall fb saya pada tanggal 16 Maret, 2023 bahwa;
“Jika penolakan itu betul terjadi, maka bukankah kita juga sedang memainkan penjajahan baru terhadap dunia olah raga karena membatasi ruang gerak dan kebebasan serta hak asasi orang lain dalam hal ini anak-anak muda Timnas U-20 Israel yang telah berjuang untuk menjadi peserta dalam laga Piala Dunia U-20 di Indonesia? Kalau nalar yang kita gunakan adalah nalar Kemanusiaan maka kehadiran Timnas U-20 Israel menjadi kesempatan bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk menyuarakan perdamaian dan pembebasan bagi bangsa Palestina dari penjajahan Israel. Jalan damai dan suara perdamaian tidak hanya dilakukan melalui lobi-lobi politik yang sarat dengan kepentingan politik, tetapi juga melalui media-media lain yang sederhana namun membumi seperti sepak bola.”
Niat dan tujuan dari sebuah sikap atau keputusan yang baik dan benar adalah mencapai tujuan yang baik dan benar untuk kebaikan bersama. Maka pandangan atau ideologi Bung Karno pada zaman itu harus bisa dimaknai secara berbeda dengan tetap berpijak pada pencapai tujuan yang baik dan benar untuk kebaikan bersama;
“Apakah sikap penolakan itu membawa kebaikan bersama bagi seluruh masyarakat Indonesia?”
Kenyataannya bahwa penolakan itu hanya untuk kepentingan segelintir pecundang dan PDIP (walaupun situasi ini bisa berdampak buruk bagi suara PDIP di wilayah Bali, Jateng, Papua dan NTT) dan bukan membawa kebaikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jutaan masyarakat Indonesia kecewa, marah termasuk para pemain Timnas Indonesia dan Tim Pelatih yang telah berjuang habis-habisan mempersiapkan diri ikut menjadi korban dari sebuah keputusan politik yang tidak berpihak pada seluruh rakyat Indonesia.
Keputusan FIFA sudah final. Dan Israel menang bukan atas Palestina melainkan Indonesia. Sebuah bentuk dukungan pada Palestina yang picik dan sembrono. Sebuah niat baik untuk mendukung Palestina tanpa kecerdasan berpikir dan tidak menggunakan nurani kemanusiaan pada gilirannya menjadikan Indonesia sebagai Korban.
Setelah keputusan final FIFA ini masing-masing pecundang akan mencuci tangan, tudingan dan serangan diarahkan pada pemerintah tanpa pernah dan tidak mau tahu pengorbanan PSSI, para pemain Timnas Indonesia bersama tim pelatih, euforia jutaan masyarakat yang menantikan perhelatan Piala Dunia U-20 di Bumi Pertiwi dan banyaknya dana yang dikucurkan untuk perhelatan mega besar ini.
Indonesia tercoreng wajahnya oleh segelintir pecundang negeri ini. Madu perjuangan yang telah dipersiapkan, rusak seketika oleh karena politik busuk yang dipermainkan tanpa memikirkan nasib jutaan insan Indonesia. Suara mereka selalu mengatasnamankan rakyat Indonesia, tapi menjadikan rakyat Indonesia juga sebagai tumbal dari keegoisan Ideologi mereka.
Sibuk mengurus negara orang lain, tapi kita sendiri membuat gaduh di negeri sendiri. Sibuk membebaskan negara orang lain, tapi kita sendiri menjadi “penjajah” di negeri sendiri. Mengakui kedaulatan Palestina, namun Indonesia yang menjadi korbannya. Yang bermasalah adalah Israel vs Palestina, tapi yang menjadi korban adalah Indonesia. Kalau demikian, masih waraskah kalian para pecundang negeri ini?
Mari kita mentertawai para pecundang yang telah menjadi “Homo Homini Lupus” bagi bangsa dan rakyatnya sendiri.
Manila: 30-Maret-2023
Tuan Kopong MSF